Mengapa Harus Berilmu

Mengapa Harus Berilmu

Amal tanpa ilmu sia-sia, Ilmu tanpa amal tiada guna. Ada seorang sarjana, meskipun dia bisa dikatakan dulunya mahasiswa aktif diperguruan tingginya, namun ternyata keaktifan dia selama dibangku perkuliahan saat dia menempuh strata satu tidak membuat dia makin dewasa dalam berfikir, bertingkah laku, bahkan bisa diklaim kurang punya tata krama yang baik, sungguh di sayangkan hal itu terjadi, bahkan setelah lulus dan menyandang gelar sarjanapun malah dia semakin jauh dari harapan yaitu implementasi ilmu yang didapatnya. Seharusnya kalau dalam bahasa ta’limul muta’alim itu disebutkan dengan istilah tawadu’ ternyata si sarjana tadi tidak demikian, pintar si lumayan pintar tetapi apakah manusia itu hanya cukup dengan kepintarannya saja? Tentu jawabnya tidak, manusia perlu sosialisasi, interaksi, komunikasi yang baik dengan sesamanya, bukan sebaliknya ilmu yang didapatnya justru tidak mendewasakannya dalam bersikap dan bertingkah laku dalam keseharianya, apakah pantas gelar yang disandangnya? Seharusnya seperti pepatah “padi semakin berisi semakin merunduk”. Dalam pergaulannya baik dengan rekan sekampus ataupun rekan sekantornya benar-benar tidak mencerminkan bahwa dia seorang yang terdidik, aneh memang jika itu terjadi apalagi sarjana tadi kemudian melanjutkan S-2, benar-benar tidak lazim, apakah ada kesalahan dalam menangkap ilmu yang diberikan atau memang itulah karakter yang dimiliki? Kepintaran hanya untuk diri sendiri, merasa orang lain tidak ada bahkan tidak dianggap? Itulah realita kawan, tidak sedikit yang terjadi dibelahan bumi nusantara ini. Masya Allah………
(anekdot implementasi ilmu yang salah kaprah)
Menuntut ilmu merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari didunia ini, sebagaimana ada hadits yang menyebutkan “menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimat”. Dengan demikian jelaslah kita sebagai generasi muda, penerus perjuangan, agen of change tentu harus tahu itu, akan tetapi sebenarnya kadang tidak semua orang mengerti apalagi faham tentang apa yang telah didapatnya mengenai ilmu ini, seperti halnya dalam anekdot diatas. Jangan mentang-mentang telah berilmu, jadi sombong tak mau menganggap orang lain. Untuk mendapatkan ilmu itu tidak mudah memang harus melalui proses/tahapan-tahapan tertentu seperti contoh saat  kecil, anak-anak, remaja, dewasa bahkan sampai tua pun tentu akan berbeda tingkatan dan berbeda pula kebutuhan akan ilmu itu. Akan tetapi perlu disadari bersama bahwa sesungguhnya keberhasilan dari mendapatkan ilmu yang manfa’at tentunya bagaimana bisa mengamalkan apa yang telah diterimanya, bagaimana dalam bersikap, bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari agar baik dimata Allah juga baik dimata manusia. Minimal dalam setiap menghadapi masalah jangan hanya diam (ngenengke = jawa) bahkan sampai-sampai tidak menganggap ada orang lain. Masalah didunia memang selalu ada, bukan untuk ditinggalkan begitu saja / menghindarinya akan tetapi bagaimana dalam menyikapi dan mencari solusi/jalan keluar yang terbaik, sebab dengan masalah yang dihadapi itulah insan teruji kematangan diri, kematangan kedewasaan yang dimiliki bukan malah kekanak-kanakan. Sikap kedewasaan seseorang dapat dilihat dengan tingkah laku, peragainya dalam bertindak. Segala sesuatu akan dihadapi dengan lebih bijaksana, tidak hanya membesar-besarkan egonya, berusaha berlapang dada disaat dalam masalah apapun yang dihadapi, bahkan tidak arogan. Maka Ilmu yang merupakan sumber dari pendewasaan itu sangat diperlukan, meski kadang sudah berilmu akan tetapi berperilaku bagaikan orang tidak pernah punya ilmu. Na’udzubillahi Min dzalika. Proses pendewasaan inilah yang sangat diharapkan dan bahkan menjadi suatu indicator yang baik tatkala peng-implementasian ilmu ini benar-benar diterapkan. Allah SWt telah mengisyaratkan : “adakah sama antara orang yang tahu (berilmu) dengan yang tidak?”.  Sehingga dapat kita ketahui bersama bahwa ilmu itu benar-benar sangat diperlukan dan dibutuhkan semua insan didunia ini, seperti disampaikan “untuk mendapatkan dunia itu dengan ilmu, untuk mendapatkan akherat dengan ilmu dan untuk mendapatkan kedua-duanya juga harus dengan ilmu. Maka dari itu setelah proses menuntut ilmu dilakukan jangan melupakan praktik daripada teori-teori yang telah didapatnya. “Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang berguna untuk orang lain”. “berbuat baik lebih baik dari berkata kata yang terbaik “(Yose Rizal) . setelah ilmu didapatkan maka langkah selanjutnya mempraktekkan ilmu-ilmu itu  demi kemaslakhatan diri, keluarga, masyarakat dan seluruh ummat. Ungkapan mengatakan “ilmu yang amaliah, amal yang ilmiah”. Bersikap dan bertingkah laku yang lebih dewasa, jangan seperti seorang anak kecil yang tidak pernah diajari kebaikan walau hanya melihat contoh. Semoga ilmu yang didapat, dapat diamalkan sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai suri tauladan generasi-generasi penerus agar lebih baik dari masa ke masa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar